Bangka Belitung, Mediapolisi.com pangkalpinang – Debat publik pertama bagi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bangka Belitung (Babel) periode 2024-2029 berlangsung lancar, tertib, dan aman pada Rabu malam. Dua pasangan calon yang bertarung dalam pemilihan ini, yakni pasangan calon nomor urut 1 Erzaldi Rosman Djohan – Yuri Kemal dan pasangan nomor urut 2 Hidayat Arsani – Eliana, tampil dengan gagasan-gagasan untuk membangun Babel selama lima tahun ke depan. Kamis (24/10/2024).
Acara debat yang disiarkan secara langsung ini menjadi perhatian banyak pihak. Masyarakat dan pengamat politik berharap debat tersebut tidak hanya menjadi acara seremonial semata, melainkan sebagai wadah untuk menguji kemampuan calon dalam menangani isu-isu strategis yang akan mereka hadapi jika terpilih.
Tiga Isu Utama yang Disoroti
Debat publik I ini mencakup tiga tema besar yang menjadi fokus pembahasan, yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), tata kelola pemerintahan yang baik, serta pemanfaatan sumber daya alam yang optimal.
Ketiga isu ini dianggap relevan mengingat tantangan yang dihadapi Bangka Belitung dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Setiap pasangan calon diberikan kesempatan untuk memaparkan visi dan misi mereka terkait tema-tema tersebut, serta memberikan solusi yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan di daerah ini. Namun, tidak semua aspek berjalan mulus. Ada sejumlah catatan kritis terkait pelaksanaan debat yang perlu diperhatikan untuk evaluasi ke depan.
Kritik terhadap Pertanyaan Panelis
Salah satu kritik datang dari Syawaludin, Komisioner Komisi Informasi (KI) Pusat, yang mencatat bahwa beberapa pertanyaan yang diajukan panelis terkesan terlalu luas, panjang, dan akademis.
Hal ini mengakibatkan jawaban dari para calon kurang fokus dan tidak secara langsung mengarah pada solusi kongkret atas masalah yang ada di Babel.
“Pertanyaan tersebut seharusnya tidak hanya dapat dipahami oleh pasangan calon, tetapi juga oleh masyarakat yang menyaksikan debat ini secara langsung. Sebab, esensinya adalah bagaimana masyarakat dapat memahami visi misi calon dan kemampuan strategis mereka dalam menyelesaikan masalah,” ujar Syawaludin.
Debat publik ini disiarkan secara live, dan publik diharapkan dapat mengikuti jalannya diskusi secara komprehensif. Namun, jika pertanyaan yang diajukan terlalu rumit, hal tersebut justru dapat membingungkan pemirsa dan mengurangi esensi dari debat publik itu sendiri.
Evaluasi Waktu dan Durasi Debat
Selain kritik terhadap pertanyaan, Syawaludin juga menyoroti waktu pelaksanaan debat yang dianggap terlalu malam. Debat yang dimulai pada pukul 21.00 dan berakhir pada 23.00 WIB dinilai mengganggu waktu istirahat masyarakat.
“Ini adalah hak publik untuk menyaksikan debat secara nyaman, namun jika diselenggarakan larut malam, akan sulit bagi masyarakat yang sudah waktunya istirahat untuk tetap fokus menyaksikan acara ini,” kata Syawaludin.
Tidak hanya itu, durasi waktu yang diberikan kepada pasangan calon untuk menjawab pertanyaan dinilai terlalu singkat.
“Bagaimana mungkin pasangan calon bisa mengeksplorasi jawaban mereka hanya dalam 1 hingga 2 menit, sementara masalah yang mereka bahas adalah isu-isu besar?” tambahnya.
Durasi waktu yang lebih panjang diperlukan agar para calon dapat memberikan jawaban yang lebih substansial dan detail, bukan sekadar jawaban singkat yang kurang menyentuh inti permasalahan.
Debat Harus Lebih Diteruskan ke Publik
Debat publik semacam ini bukan hanya untuk kepentingan para calon dan pendukung yang hadir dalam ruangan, tetapi juga untuk masyarakat luas Bangka Belitung yang memiliki hak untuk mendapatkan informasi mengenai visi, misi, dan program strategis calon yang akan mereka pilih.
Oleh karena itu, Syawaludin menekankan pentingnya sosialisasi dan komunikasi yang berkelanjutan terkait hasil debat ini kepada masyarakat.
“Masyarakat harus diberi pemahaman yang mendalam tentang visi misi calon melalui berbagai saluran informasi yang ada, bukan hanya melalui siaran live di hari debat saja,” jelas Syawaludin.
Informasi mengenai program dan rencana strategis yang diutarakan dalam debat perlu terus disebarluaskan hingga hari pemungutan suara, agar masyarakat tidak salah dalam memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan mereka.
Harapan untuk Debat Selanjutnya
Dengan evaluasi yang ada, diharapkan pelaksanaan debat berikutnya dapat berjalan lebih baik dan substantif. Penyelenggara debat diharapkan dapat menyempurnakan format debat, baik dari segi waktu pelaksanaan, durasi jawaban, hingga penyusunan pertanyaan yang lebih relevan dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Pada akhirnya, esensi dari debat publik ini adalah bagaimana para calon mampu meyakinkan masyarakat bahwa mereka adalah pemimpin yang layak memegang kendali pembangunan Bangka Belitung selama lima tahun ke depan. Sebagai bagian dari demokrasi, debat semacam ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi masyarakat dalam menentukan pilihan yang terbaik. (Bonedi/KBO Babel)